standar kecantikan

(source: pinterest)

Beberapa hari yang lalu, aku mengunjungi kakakku yang sudah menikah dan memiliki rumah bersama keluarga barunya. Ia terkejut melihat tubuhku yang lebih besar dari biasanya. Awalnya mengomentari dan bertanya bagaimana pola makanku selama ini. Aku hanya menjawab sekadarnya karena  jujur saja aku merasa tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tubuhku. Kemudian timbul pernyataan...
 “Perempuan itu jangan sampai gendut, apalagi kamu masih gadis. Nanti kalau sudah melahirkan, tubuhmu akan semakin memandang dan kamu tidak akan terlihat menarik lagi”
Dengan pernyataan demikian, kita bisa mengetahui bahwa masyarakat masih terhegemoni dengan standar kecantikan. Perempuan seolah tidak memiliki otoritasnya sendiri bahkan dalam memilih bentuk tubuhnya sendiri. Kata “menarik” yang dimaksud itu tubuh perempuan yang harus tetap menarik untuk laki-laki yang suatu saat nanti akan dinikahi oleh perempuan.
Aku nyaman dengan tubuhku seperti ini. Aku bersyukur karena nafsu makanku membaik setelah setahun setengah lalu aku sempat terkena typus karena aku sulit untuk makan. Tetapi setelah sakit itu justru membuatku suka makan sehingga berat badanku lewat dari ideal. Aku benci dengan tuntutan berat badan yang ideal seolah-olah perempuan yang cantik hanyalah mereka yang memiliki berat badan ideal.

Seringkali juga aku mendapati ejekan dari teman-temanku karena kulitku yang gelap. Sebenarnya waktu aku lahir ke dunia ini kulitku cerah. Akan tetapi karena waktu SD aku suka main di lapangan dan suka sekali berpanas-panasan tanpa memiliki pikiran jangka panjang bahwa kulitku akan menggelap. Hingga ketika dewasa ini, lingkunganku mulai mengomentari tubuh yang tidak sesuai dengan standar kecantikan ini.
Standar kecantikan dibentuk oleh budaya karena tentu saja standar kecantikan setiap negara bisa saja berbeda. Salah satu hal yang membentuk standar kecantikan misalnya sewaktu kecil anak perempuan dibelikan mainan barbie kemudian memberikan mindset bahwa perempuan yang seperti barbie itu yang cantik. Sedangkan ciri-ciri tubuh barbie itu memiliki tubuh tinggi, langsing, berdandan, bergigi putih, cantik, dan berkulit putih. Akhirnya hal tersebut terus membentuk dalam pikiran anak kecil dan terus mengikuti sampai ia bertumbuh besar. Padahal tubuh bak barbie itu sangat mustahil untuk didapatkan oleh semua orang.
Selain itu, standar kecantikan juga dibentuk dari aktris yang ada di layar televisi selalu mengalami proses yang selektif dan memilih yang cantik. Sehingga kemudian merek kosmetik memberikan solusi dengan membeli produk mereka, maka kita bisa menjadi seperti artis-artis yang bertebaraan di layar kaca maupun yang menjadi duta merek. Begitu menyakitkannya standar kecantikan tersebut.
Hidup di lingkungan yang judgemental seperti ini sebenarnya menyebabkan toxic karena penuh dengan tuntutan untuk cantik supaya terlihat menarik. Banyak kasus diluar sana yang meninggal karena menelan pil diet terlalu banyak atau mereka yang operasi plastik gagal sehingga wajah yang ingin dipermak justru semakin tidak memenuhi standar kecantikan. Besar kemungkinan bahwa itu semua datangnya dari luar tubuh mereka. Bisa saja dari ucapan yang terlontar seperti:
“Kamu jangan gendut, nanti nggak ada yang mau sama kamu”
“Pantes kamu jomblo, kamu hitam sih”
Pernyataan-pernyataan demikian bisa memengaruhi psikologis seseorang sehingga orang yang menerima pernyataan tersebut bisa melakukan apa saja supaya bisa memenuhi standar kecantikan. Meskipun awalnya mereka bilang itu hanya becanda, tetapi bagiku becandaan itu serius dengan taraf paling tinggi. Bukankah kita tidak pernah tau bagaimana usaha seseorang untuk tetap terlihat menarik, mengapa harus dipatahkan dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan?
Standar kecantikan sudah seharusnya dihapuskan dari pikiran kita supaya tidak ada perbandingan lebih cantik mana ini dengan itu. Apalagi body shaming, skin shaming, face shaming, dapat membuat seseorang mengalami krisis kepercayaan diri. Tubuh yang seharusnya membuat pemiliknya nyaman, justru harus dikontruksi supaya bisa memenuhi standar kecantikan. Tentu saja hal tersebut tidak sehat.
Aku tidak membutuhkan pujian bahwa kulit yang gelap itu eksotis atau tubuh yang gemuk itu seksi. Semua perempuan memiliki otoritasnya sendiri untuk memilih bagaimana tubuh mereka tanpa harus mengikuti standar kecantikan yang ada karena kita cantik dengan bagaimanapun cara kita.

Komentar

Posting Komentar