toxic relationship

(source: pinterest)
Sebagian besar dari kita sudah tidak asing dengan toxic relationship. Toxic relationship adalah suatu relasi antar manusia yang menjalin asmara yang sudah tidak sehat dan cenderung merugikan diri sendiri. Meskipun kedengarannya parasit, ternyata cukup banyak yang mengakui bahwa pernah mengalami hubungan yang tidak sehat tersebut.
Sedikit melakukan riset kecil-kecilan dari polling instagram, aku menemukan 21 orang dari 28 orang pernah mengalami toxic relationship. Tentu saja hubungan tersebut memiliki dampak trauma pada orang yang pernah mengalaminya. Kamu masuk ke lingkaran yang beruntung apabila tidak pernah mengalami toxic relationship.
Toxic relationship memang susah untuk dideteksi karena beberapa dari mereka tidak sadar dengan hubungannya yang toxic. Seringnya kita menganggap sikap posesif dari pasangan sebagai bentuk cinta lalu membiasakan tindakan tersebut. Sikap posesif bisa menjadi langkah awal terjadinya toxic relationship. Selain itu, hubungan yang sudah tidak sehat tersebut bisa berupa kekerasan ataupun pemerasan.
Aku pernah mengalami toxic relationship sebanyak dua kali. Hubungan yang pertama yaitu kekerasan. Kekerasannya memang bukan dalam bentuk fisik, tapi dia bisa saja langsung membanting barang-barang disekitar seperti helm, handphone, ataupun makanan ketika dia sedang cemburu atau dalam keadaan marah. Hubungan yang kedua yaitu perselingkuhan. Pacarku pernah berselingkuh selama lima kali berturut-turut hanya karena dia tidak bisa melampiaskan nafsunya kepadaku. Meskipun bukan orang yang suci, tapi aku merasa tidak siap untuk aktif berhubungan seksual ketika belum menikah karena berisiko tinggi. Setiap berselingkuh, dia selalu berhubungan seksual dengan selingkuhannya, dan aku selalu memaafkan dan mau kembali. Aku bertahan dalam hubungan itu selama 2 tahun penuh dengan drama putus-nyambung.
Dampak yang aku rasakan setelah mengalami hubungan yang toxic itu aku jadi anti dengan laki-laki yang merokok dan minum alkohol karena mantanku itu mengonsumsi keduanya. Untuk berteman dengan laki-laki berciri-ciri seperti itu aku masih bisa memaklumi, tetapi apabila untuk berkencan atau menjalin hubungan dengan laki-laki yang sedang aktif merokok dan minum alkohol tidak bisa karena aku masih mengingat betapa tersiksanya aku berada dalam hubungan seperti itu.
Kalau ditanya kenapa aku bertahan selama bertahun-tahun dengan hubungan yang toxic, mungkin alasan terbesar yang bisa aku utarakan yaitu cinta. Tetapi disamping itu, aku takut tidak diterima dengan yang lain dan malas untuk berhubungan dengan orang yang harus ku mulai dari nol. Padahal kalau aku segera mengakhiri hubungan itu bisa dipertemukan dengan orang baru yang lebih baik sendiri daripada berada di hubungan toxic tersebut. Tapi saat itu aku memilih untuk bertahan dengan harapan bahwa dia bisa berubah yang berakhir dengan kegagalan.
Selain dari yang pernah aku alami, toxic relationship berupa pemerasan itu ketika pasangan selalu minta sesuatu yang kalau tidak dituruti akan mengancam. Bisa dibayangkan betapa tidak sehatnya apabila harus selalu menuruti segala kemauan aneh yang sebenarnya kita tidak menyepakatinya.
Dalam hubungan, seringkali kita merasa dominan atau memiliki kuasa kepada pasangan kita karena kita merasa berhak atas pasangan kita. Padahal pasangan kita bukan barang yang bisa kita atur untuk melakukan apa yang kita mau. Kalau misalnya kita menganggap dia harus selalu nurut sama kita, berarti secara tidak sadar kita sudah mengobjektivikasi pasangan kita. Padahal seharusnya kita menjadikan dia sebagai subjek yang kita jalin relasi bersamanya. Apabila perlu ada peraturan dalam hubungan, tentunya harus atas dasar kesepakatan.
Sudah waktunya untuk komitmen dengan hubungan yang membuat kita merasa nyaman dan ke depannya kita yakin akan baik-baik saja apabila bersama dia. Cukup akhiri sebuah hubungan toxic sekalipun usia hubungan itu sudah menahun dan kenal keluarga kedua belah pihak. Bukankah usia itu hanya angka, tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Cao~

kalo masih bingung hubungan toxic gimana, bisa di cek ya.
(source: pinterest)

Komentar