![]() |
(Source: Pinterest) |
Jadi, ceritanya dimulai pada akhir tahun 2016 yang sayangnya aku melupakan tanggal dan bulannya. Yang aku ingat kalau hari itu hari sabtu. Malam sebelumnya ada sahabat papaku (sebut aja mr.x ok) yang datang menginap karena dia jauh dan memang sahabatan sama papaku dari waktu keduanya masih kecil. Waktu itu memang lagi hujan deras dan kebetulan mr.x itu datang ke rumah dengan keadaan basah kuyup. Aku langsung menyuruhnya masuk sambil memberikan handuk kering. Setelah itu dia langsung masuk ke toilet untuk mandi.
Sesuai anjuran mama, kalau mr.x ini datang, mamaku berpesan kalau dipersilakan makan siang. Keadaan siang itu memang cuman ada aku dan mr.x di rumah. Mama lagi datang ke pertemuan darma wanita dan papa lagi ngajar di sekolah. Aku santai aja karena aku tahu memang tidak ada yang perlu ditakutkan. Lalu mr.x ini mengajak makan bareng di meja makan. Sebelumnya aku menolaknya, tapi karena mr.x ini bilang nggak mau makan kalau misalnya aku nggak makan saat itu juga akhirnya aku mengalah dan makan bareng sama dia.
Selama makan, dia bilang kagum sama aku. Dia juga minta foto dan nomor whatsappku, karena bilang kadang kangen sama aku. Tapi aku bilang nanti akan aku kasih. Dia bilang selalu mendoakan aku untuk mencapai cita-citaku. Baik, dari kecil kan aku memang selalu berambisi untuk menjadi penulis. Entah menulis tentang apapun, pokoknya aku memang suka menalar sih dengan subjektifku sendiri. Aku mengamini doanya itu. Lalu dia bilang pernah mimpi kalau beberapa tahun ke depan, aku bakal menjadi penulis buku yang terkenal. Aku meresponnya dengan antusias. Jarang-jarang ada orang yang masih mau percaya dengan mimpiku itu.
Setelah selesai makan, aku langsung masuk ke kamar dan mainan hp karena memang hari sabtu kan libur kuliah jadi ya aku leyeh-leyeh aja sih doing nothing. Lalu tiba-tiba mr.x ini masuk ke dalam kamarku dan menyuruhku untuk menutup selambu kamarku. Aku cuma membatin... ada apa? Sesungguhnya aku sangat terganggu dengan hal tersebut. Aku tidak pernah suka orang yang tiba-tiba masuk ke kamar yang bagiku itu privasi dan hanya orang-orang yang aku kehendaki yang boleh masuk. Tapi, aku menurutinya saja biar cepat selesai. Aku ingat betul percakapan yang terjadi siang itu.
"Arin, kamu mau kan dapat ilmu? Ilmu ini akan membuat kamu sukses untuk jadi penulis."
"Ilmu apa ya, pak?"
"Ilmu iqra'. Dengan ilmu ini maka kamu akan semakin mudah untuk mendapatkan kesuksesan."
Lalu mr.x baca sesuatu dengan setengah berbisik sambil memejamkan matanya untuk beberapa menit. Setelah itu dia langsung mencium kening dan menjurus ke bibirku. Tentu saja aku menolak dan menjauhkan diri darinya. Dia bilang bahwa itulah satu-satunya cara ilmu iqra' itu bisa masuk ke dalam tubuhku. Seketika aku langsung menyimpan curiga yang luar biasa dan punya perasaan bahwa ini nggak bener.
Aku menolak anjurannya untuk berciuman bibir dengan bibir meskipun tujuannya ingin memberikan ilmunya padaku. Aku tidak akan mencium atau membiarkanku dicium oleh seseorang yang tidak aku kehendaki. Kalau memang benar itulah caranya aku mendapat ilmu, aku lebih memilih bersusah payah dengan belajar daripada mendapat transfer ilmu dengan ciuman.
Karena aku sangat menolaknya, akhirnya dia menyerah dan pergi dari kamarku. Aku langsung menutup kamarku sambil menguncinya. Jendelaku juga aku tutup rapat sampai kedua orang tuaku datang. Setelah kejadian itu, aku nggak pernah mau lihat orang itu lagi. Meskipun waktu lebaran dan dia datang ke rumah, aku selalu mengurung diri di kamar meskipun orang tuaku menyuruhku untuk menyambutnya dengan sekedar salam tangan.
Begitu berat trauma yang dialami oleh korban pelecehan seksual. Meskipun yang aku alami ini bukan tergolong berat, tapi cukup membuatku sangat trauma. Bukankah tidak ada berat atau ringan dalam pelecehan seksual? pelecehan ya pelecehan. Dan pelecehan itu selalu berdampak pada psikis korbannya. Lalu sekarang, apa pernah mr.x meminta maaf atas tindakannya yang sangat tidak sopan itu padaku? Tidak pernah. Apakah aku pernah cerita ke orangtuaku atas tindakan yang dilakukan oleh mr.x? Tidak pernah. Karena aku takut, aku takut untuk menceritakan hal ini pada mereka dan takut mereka tidak percaya pada perkataanku.
Bayangkan saja, orang yang sangat dekat dengan keluargaku, atau bahkan bisa dikatakan orangtuaku menganggapnya sebagai keluarga sendiri, dia tetap melakukan hal yang sangat tidak sopan itu terhadapku. Aku tidak bisa speak up kepada siapapun karena aku takut. Banyak korban pelecehan seksual memang takut untuk menceritakan hal yang dialaminya karena mereka menganggap hal itu privasi dan tidak enak saja untuk diceritakan pada orang lain. Ketakutan itu juga bersarang pada anggapan bahwa ketika cerita pelecehan seksual itu menyebar, pihak perempuan yang akan menanggung malu. Dianggap lebay, atau bahkan aku pernah membaca suatu berita pemerkosaan yang dilakukan berkali-kali dan tanggapan orang-orang justru "korbannya menikmati". Hei, tidak ada yang nikmat dalam suatu pemerkosaan. Suatu kasus yang dikatakan pemerkosaan ketika salah satu diantaranya itu tidak berkenan diperlakukan seperti itu.
Aku mohon kepada siapapun untuk lebih memberikan rasa hormat kepada korban pelecehan seksual ataupun korban pemerkosaan. Berikanlah masa depan yang baik untuk korban dengan terus mendukungnya tanpa memberikan komentar negatif. Korban sudah cukup trauma dengan apa yang diterimanya, jangan justru dilimpahkan keburukan kepada korban.
Kamu pernah punya pengalaman pelecehan seksual? Mungkin kita bisa berbagi. Aku suka berbagi.
ig: @ariniauliahaque
Komentar
Posting Komentar